Sinetron Ini Pernah Jaya di Negara Tetangga
A
A
A
JAKARTA - Keberadaan sinema elektronik alias sinetron di Indonesia selalu menuai kontroversi, mulai dari rentetan episode yang terlalu panjang hingga kualitas cerita. Namun di luar itu, masih banyak sinetron kreatif anak negeri yang digemari di luar negeri.
Sinetron yang identik dengan tontonan ibu-ibu rumah tangga ternyata pernah mengharumkan nama Indonesia di negara lain. Fakta itu dibuktikan dengan banyaknya sinetron Indonesia yang pernah tayang di negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Sebut saja Tukang Bubur Naik Haji. Walaupun episodenya mencapai 2.185 episode dan disiarkan dalam rentang Mei 2012 hingga 2017, sinetron ini juga laku di negara jiran Malaysia. Bukan hanya berhasil meraih penghargaan nasional, sinetron yang dibintangi Citra Kirana dan Andi Arsyil ini meraih penghargaan International Drama Festival Tokyo 2014 karena memiliki rating yang stabil selama dua tahun ditayangkan.
Selain Tukang Bubur Naik Haji, sinetron lainnya yang juga berhasil “menjajah” negara tetangga adalah Cinta Fitri. Sinetron yang tayang sejak 2007 hingga 2011 ini sangat digemari masyarakat negeri tetangga. Baik sinetron maupun para pemainnya berhasil meraih banyak penghargaan nasional.
Deretan sinetron lainnya yang juga berhasil menembus pasar negara tetangga adalah Para Pencari Tuhan. Dimainkan oleh Deddy Mizwar dan pelawak Trio Bajaj, sinetron ini berhasil meraih perhatian publik karena isi cerita yang segar, penggambaran realitas masyarakat dengan alur yang lucu, dan tema yang tidak selalu mengangkat percintaan. Sinetron yang mulai tayang sejak 2007 sampai 2016 ini memenangkan penghargaan Internasional dari ConFesta Japan dalam kategori Special Award for Foreign Drama.
Dia Jantung Hatiku juga menjadi sinetron karya putra bangsa yang berhasil memikat hati masyarakat negara lain. Dia jantung Hatiku yang dimainkan Naysilla Mirdad dan Christian Sugiono ini tayang pada 2011 dengan total 52 episode. Sinetron ini rupanya diperebutkan televisi Negeri Jiran, Bela. Pada 2012, salah satu perusahaan televisi Malaysia menayangkan sinetron ini dan seketika menjadi tontonan favorit masyarakat.
Senada, sinetron Benci Jadi Cinta yang dimainkan oleh Nia Ramadhani dan Jonathan Frizzy sempat menuai kontroversi karena mengadaptasi drama dari Korea Selatan, yaitu My Girl. Namun faktanya, sinetron yang tayang pada 2006 ini laris di Malaysia. Sinetron Benci Jadi Cinta ini ditayangkan di televisi Malaysia pada 2014. Tidak kalah heboh adalah sinetron Tersanjung. Dimainkan oleh Lulu Tobing dan Ari Wibowo, sinetron yang tayang sejak 1996 sampai 2005 ini bahkan diproduksi ke dalam bentuk VCD dan terjual dengan laris ke luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Namun demikian, masa kejayaan sinetron Indonesia mulai tergerus seiring makin booming-nya film drama Korea yang tampil lebih segar dan kekinian. Ditambah pemeran-pemerannya yang tergolong artis cantik maupun aktor berwajah ganteng dan alur cerita yang menguras emosi. Lalu, keberadaan sinetron Indonesia yang mulai “kalah bersaing” mendapat perhatian dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Nadiem bahkan sempat membuat catatan khusus untuk rumah produksi dalam negeri.
Nadiem menyebut rumah produksi seharusnya bisa mengemas cerita yang berkualitas dan memenuhi rasa ingin tahu masyarakat, tidak melulu untuk mencari rating tinggi. “Alangkah baiknya bisa mengajak masyarakat berpikir. Enggak usah inspirasi deh, paling tidak membuat pertanyaan-pertanyaan yang bisa meningkatkan curiosity di tengah masyarakat,” ujar Nadiem.
Menurut Nadiem, cerita yang disajikan sinetron Indonesia saat ini tidak mementingkan alur. Oleh karena itu, Nadiem meminta seluruh rumah produksi sinetron agar bisa membuat cerita yang berbeda dan tidak berkutat di zona itu-itu saja. “Kan selama ini ceritanya soal ada yang miskin jadi kaya, jatuh cinta. Hal-hal seperti itu levelnya memang di sini,” kata Nadiem.
Masa-masa sinetron Indonesia yang bisa mengharumkan nama negara walaupun hanya di negara tetangga kian hari mulai tergerus. Terbukti dengan banyaknya orang yang mengadukan betapa tidak mendidiknya tayangan sinetron di televisi kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Kurang berkualitasnya produk sinetron yang ditayangkan berakibat pada lebih loyalnya masyarakat terhadap produk dari luar negeri.
Sebut saja contohnya drama Korea, serial televisi Amerika, bahkan terkadang serial India dan Turki yang ditayangkan di televisi dalam negeri kini jauh lebih digandrungi masyarakat. “Masalah utama sinetron dan dunia perfilman Indonesia adalah kurangnya penulis skenario yang berkualitas. Alhasil, sinetron maupun film terkesan biasa dan apa adanya,” ujar produser film dan sinetron di Indonesia, Raam Punjabi, melalui kanal YouTube miliknya pada akhir Januari lalu. (Lilia Nova)
Sinetron yang identik dengan tontonan ibu-ibu rumah tangga ternyata pernah mengharumkan nama Indonesia di negara lain. Fakta itu dibuktikan dengan banyaknya sinetron Indonesia yang pernah tayang di negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Sebut saja Tukang Bubur Naik Haji. Walaupun episodenya mencapai 2.185 episode dan disiarkan dalam rentang Mei 2012 hingga 2017, sinetron ini juga laku di negara jiran Malaysia. Bukan hanya berhasil meraih penghargaan nasional, sinetron yang dibintangi Citra Kirana dan Andi Arsyil ini meraih penghargaan International Drama Festival Tokyo 2014 karena memiliki rating yang stabil selama dua tahun ditayangkan.
Selain Tukang Bubur Naik Haji, sinetron lainnya yang juga berhasil “menjajah” negara tetangga adalah Cinta Fitri. Sinetron yang tayang sejak 2007 hingga 2011 ini sangat digemari masyarakat negeri tetangga. Baik sinetron maupun para pemainnya berhasil meraih banyak penghargaan nasional.
Deretan sinetron lainnya yang juga berhasil menembus pasar negara tetangga adalah Para Pencari Tuhan. Dimainkan oleh Deddy Mizwar dan pelawak Trio Bajaj, sinetron ini berhasil meraih perhatian publik karena isi cerita yang segar, penggambaran realitas masyarakat dengan alur yang lucu, dan tema yang tidak selalu mengangkat percintaan. Sinetron yang mulai tayang sejak 2007 sampai 2016 ini memenangkan penghargaan Internasional dari ConFesta Japan dalam kategori Special Award for Foreign Drama.
Dia Jantung Hatiku juga menjadi sinetron karya putra bangsa yang berhasil memikat hati masyarakat negara lain. Dia jantung Hatiku yang dimainkan Naysilla Mirdad dan Christian Sugiono ini tayang pada 2011 dengan total 52 episode. Sinetron ini rupanya diperebutkan televisi Negeri Jiran, Bela. Pada 2012, salah satu perusahaan televisi Malaysia menayangkan sinetron ini dan seketika menjadi tontonan favorit masyarakat.
Senada, sinetron Benci Jadi Cinta yang dimainkan oleh Nia Ramadhani dan Jonathan Frizzy sempat menuai kontroversi karena mengadaptasi drama dari Korea Selatan, yaitu My Girl. Namun faktanya, sinetron yang tayang pada 2006 ini laris di Malaysia. Sinetron Benci Jadi Cinta ini ditayangkan di televisi Malaysia pada 2014. Tidak kalah heboh adalah sinetron Tersanjung. Dimainkan oleh Lulu Tobing dan Ari Wibowo, sinetron yang tayang sejak 1996 sampai 2005 ini bahkan diproduksi ke dalam bentuk VCD dan terjual dengan laris ke luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Namun demikian, masa kejayaan sinetron Indonesia mulai tergerus seiring makin booming-nya film drama Korea yang tampil lebih segar dan kekinian. Ditambah pemeran-pemerannya yang tergolong artis cantik maupun aktor berwajah ganteng dan alur cerita yang menguras emosi. Lalu, keberadaan sinetron Indonesia yang mulai “kalah bersaing” mendapat perhatian dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Nadiem bahkan sempat membuat catatan khusus untuk rumah produksi dalam negeri.
Nadiem menyebut rumah produksi seharusnya bisa mengemas cerita yang berkualitas dan memenuhi rasa ingin tahu masyarakat, tidak melulu untuk mencari rating tinggi. “Alangkah baiknya bisa mengajak masyarakat berpikir. Enggak usah inspirasi deh, paling tidak membuat pertanyaan-pertanyaan yang bisa meningkatkan curiosity di tengah masyarakat,” ujar Nadiem.
Menurut Nadiem, cerita yang disajikan sinetron Indonesia saat ini tidak mementingkan alur. Oleh karena itu, Nadiem meminta seluruh rumah produksi sinetron agar bisa membuat cerita yang berbeda dan tidak berkutat di zona itu-itu saja. “Kan selama ini ceritanya soal ada yang miskin jadi kaya, jatuh cinta. Hal-hal seperti itu levelnya memang di sini,” kata Nadiem.
Masa-masa sinetron Indonesia yang bisa mengharumkan nama negara walaupun hanya di negara tetangga kian hari mulai tergerus. Terbukti dengan banyaknya orang yang mengadukan betapa tidak mendidiknya tayangan sinetron di televisi kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Kurang berkualitasnya produk sinetron yang ditayangkan berakibat pada lebih loyalnya masyarakat terhadap produk dari luar negeri.
Sebut saja contohnya drama Korea, serial televisi Amerika, bahkan terkadang serial India dan Turki yang ditayangkan di televisi dalam negeri kini jauh lebih digandrungi masyarakat. “Masalah utama sinetron dan dunia perfilman Indonesia adalah kurangnya penulis skenario yang berkualitas. Alhasil, sinetron maupun film terkesan biasa dan apa adanya,” ujar produser film dan sinetron di Indonesia, Raam Punjabi, melalui kanal YouTube miliknya pada akhir Januari lalu. (Lilia Nova)
(ysw)